Hai pembaca,
Kali ini gue mau berbagi mengenai salah satu hasil tugas gue dan beberapa teman (karena ini tugas kelompok). ini termasuk dalam tugas observasi dan wawancara salah satu mata kuliah di semester 5.
Kami diperbolehkan memilih bebas berbagi topik yang ada dikehidupan sekitar. dengan topik yang unik dan beda, Alhamdulillah kelompok gue berhasil mendapatkan tepuk tangan dan respon yang sangat baik dari dosen mata kuliah ini.
Ohiya, kebetulan yang kebagian merancang kata-kata di laporan ini adalah gue sendiri, so? kalo banyak kata yg typo, maaf ya. itu ditulis pas jam malam haha
Langsung aja
Topik penelitian kita adalah mengenai
Kebiasaan Para Remaja setelah Selesai jam Sekolah Langsung Menuju Tempat Nongkrong yaitu Seven Eleven. yang akhirnya kami beri judul
"Seven Eleven Penghilang Penat"
Masa
muda adalah masa dimana seseorang anak mengeksplore, menggambarkan dan
memperlihatkan tentang siapakah dirinya. Tidak hanya itu, masa muda yang
dijalani tentunya berupaya dalam proses penemuan jati diri yang sesungguhnya.
Jika kita melihat anak muda yang ada saat ini, tentunya banyak anak-anak muda
yang lebih berani menunjukan siapakah dirinya, melalui interaksi dan
sosialisasi itulah penemuan jati diri dapat digali, interaksi dan sosialisasi
yang berpengaruh besar biasanya bisa dilakukan bersama kawan, kelompok
bermainnya ataupun teman sejawatnya. Melalui proses interaksi itulah, banyak
anak muda atau dalam hal ini bisa di sebut “remaja” yang senang melakukan
banyak hal untuk menujukan serta mengkesplore apa yang ada pada dirinya.
Biasanya interaksi dilakukan dengan siapa saja dan tak mengenal tempat, mulai
dari tempat bermain yang ada di sekitar rumah, di sekolah, tempat les, tempat
bermain favorit dan lain-lain.
Melihat betapa pentingnya sebuah
interaksi dalam kalangan remaja, saat ini ada sebuah fenomena yang marak
terjadi di kalangan remaja, terutama remaja yang duduk di bangku SMP (Sekolah
Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Umum), fenomena ini bahkan sudah
bisa dikatakan menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan oleh para remaja. Jika
dahulu, biasanya sepulang sekolah remaja langsung menuju pulang ke rumah, atau
sekedar bercengkrama beberapa saat kemudia pulang atau bahkan mengerjakan tugas
kelompok di salah satu rumah teman sejawatnya, tetapi saat ini hal-hal tersebut
sudah tergeser dan sedikit terubah dengan pola hidup dan gaya hidup- remaja
yang ada saat ini. Fenomena ini adalah mengenai anak remaja terutama siswa
–siswa aktif sekolah yang selalu meluangkan serta menghabiskan waktunya
berjam-jam untuk duduk duduk manis dipelataran Mini Market yang sering ditemui
di Ibu kota (Seperti Seven Eleven, Lawson, Family Mart dll). Salah satu contoh
siswa aktif sekolah tersebut meliputi anak SMP kelas 8, dan SMA kelas 11. Pada
hal ini pula, siswa yang terlihat ada di mini market (Sevel) tersebut memiliki
hubungan hubungan yang khas, mulai dari sekedar sahabat, kelompok bermain (genk),
anak OSIS, bahkan sampai siswa yang memiliki kaitan tertentu, yaitu berpacaran.
Banyak
hal hal yang dilakukan di pelataran Seven Eleven tersebut, mulai dari hanya
sekedar mengobrol, nongkrong, pacaran, mengerjakan tugas, diskusi ,
rapat, sekedar jalan-jalan, hunting foto, curhat bahkan sampai bergosip.
Dari hal hal tersebut bisa dikatakan bahwa sebenarnya itu hanyalah sebuah
alasan yang digunakan para remaja untuk sekedar meluangkan waktu di sela
penatnya aktivitas sekolah, tetapi jika di lihat lebih dalam, sebenarnya yang
dilakukan para remaja ini cenderung melakukan hal – hal yang sebenarnya kurang
mumpuni atau berdampak lebih baik untuk dirinya, seperti bergosip, hunting foto
dll, hal tersebut dilakukan lebih kepada kepuasaan pribadi yang diharapkan
dapat terpuaskan oleh aktivitas yang dilakukan tersebut.
Obrolan yang
diperbincangkan di tempat nongkrong tersebut pun tidak jauh mengenai
hal-hal kekonyolan yang terjadi di sekolahnya, hal-hal menarik bahkan sampai
hal yang menyebalkan yang terjadi dari
pagi sampai siang yang dilakukan di sekolah tersebut. Salah satu fakta yang
peneliti dapat di observasi ini adalah, bagaimana seorang siswa yang bersahabat
sibuk membicarakn mengenai kekesalannya akan Guru yang ada di sekolahnya.
Kemudian mereka saling berkeluh kesah satu sama lain mengenai kebiasaan Guru
yang jarang hadir di sekolah tersebut, yang menjadikan anak-anak hanya datang
ke sekolah tidak melakukan proses belajar mengajar sama sekali. Obrolan
mengenai hal tersebut dilakukan secara terus menerus dengan menggunakan
intonasi yang sedikit tinggi menandakan siswa tersebut merasa kesal dan merasa
tidak puas dengan sistem pembelajaran yang ada di sekolahnya. Lalu selanjutnya
adalah obrolan yang hanya sekedar mengobrol atau mencurhakan isi hati,
Seven Eleven maupun mini market lainnya yang ada disetiap sudut
ibu kota menjadikan tempat yang ampuh untuk berbincang berdua dengan sang
kekasih. Selayaknya remaja yang sedang dimabuk asmara, tentunya tidak bisa di
lepaskan dari suatu masalah dalam hubungan tersebut, Mulai dari permasalah
kecil, seperti “ngambek”, ungkapan rasa amarah, bahkan sampai
penyeselesaian masalah sekalipun. Fakta kedua adalah, Seven Eleven bisa
dijadikan tempat yang ampuh untuk tempat penyelesaian masalah (berbincang
berdua saja tanpa ada orang lain yang ikut cmapur). (Peneliti menemukan dua
orang remaja yang sedang serius dalam masanya untuk menyelesaikan perselisishan
di hubungannya.)
Apa
yang dilakukan dua orang remaja tersebut dilangsir bahwa mereka hanya ingin
menyelesaikan permasalahan hubungannya sambil bersantai duduk di Seven Eleven
yang tersedia didekat sekolahnya.. Selanjutnya, bukan hanya sebagai tempat
untuk berbincang, salah satu motif para remaja ada di mini market tersebut
adalah hanya untuk sekedar hunting foto, hunting foto yang dimaksudkan adalah
berupa foto yang kemudian dapat dijadikan Profile Picture Blackberry Messager
atau hanya sekedar untuk di upload ke dalam account sosial media yang
dimilikinya. Seperti yang telah diketahui, di era modern saat ini, para anak
muda sudah dipastikan memiliki account sosial media (seperti twitter,
instagram, path dsb). Hal tersebut menjadi alasan kuat mengapa para remaja
lebih memilih untuk duduk manis berlama-lama di mini market tersebut,, dengan
alasan yaitu agar bisa mengupload foto mereka ketika ada di mini market (Seven
Eleven).
Para remaja atau siswa yang sering
mengunjungi Sevel Eleven, ternyata tidak hanya mengunjungi Seven Eleven yang
dekat dengan sekolahnya saja, biasanya para remaja rela mendatangi seven eleven
yang pada dasarnya letak mini market tersebut lumayan jauh dari sekolahnya,
seperti contoh siswa yang bersekolah di SMK Budi Mulia, setelah selesai kelas
ia langsung bermain dan mengunjungi seven eleven yang ada di Bintaro, dan cukup
jaub dari rumahnya. Bukan hanya itu saja, demi membuat senang pribadi dan
memberikan rasa puas, para remaja sering menggunakan waktu nya setelah selesai
sekolah untuk hanya sekedar jalan-jalan ke mall – mall tertentu yang dekat
dengan sekolahnya, seperti CBD Mall, Living World dan lain-lain.
Banyak pula alasan yang didapat dan
dijelaskan oleh narasumber, mengapa mereka para remaja tersebut memilih untuk
duduk duduk manis setelah pulang sekolah, daripada langsung pulang menuju
rumahnya, hal terkuat yang membuat remaja tersebut sering duduk duduk manis di
Seven Eleven tersebut ialah karena faktor tata letak mini market tersebut
sangat dekat dengan sekolahnya. Terkadang hanya beda beberapa gedung maupun
ruko dari letak sekolah asalnya. Bahkan ada yang untuk menggapai Seven Eleven
tersebut, para remaja siap untuk menaiki angkutan umum agar bisa sampai di
tempat yang di katakannya adalah tempat yang cozy (tempat yang nyaman). Duduk
duduk manis di Seven Eleven dengan berbincang pun menjadi semakin asyik, selain
tempat yang nyaman seperti dilengkapi pendingin ruangan atau AC, salah satu hal
yang membuat para remaja ini sangat kuat berlama-lama di mini market ini karena
adanya alat penunjang di era modern saat ini, yaitu Wi-fi. Alat tersebut
menjadi sangat ampuh, sebab selain para remaja bisa mengakses internet
sepuasnya secara gratis, para remaja ini juga bisa menjadikan Wi-fi sebagai
alat bantu untuk mengerjakan tugas, ketika ada tugas yang membutuhkan
diselesaikan dengan bantuan koneksi internet. Tetapi, dengan berlama-lama ada
di dalam Seven Eleven, tentunya akan banyak biaya yang dikeluarkan untuk hanya
sekedar ngemil atau membeli jajanan kecil.
Dari
keseluhuan fakta yang peneliti dapat, mereka para remaja menghabiskan biaya
dibawah 50.0000 untuk memebeli jajanan sebagai pendamping dalam memuaskan
keinginannya untuk sekedar berbincang dan bersenda gurau. Suasana yang baru dan
lebih segar menjadi pemicu selanjutnya para remaja tersebut rela berlama-lama
ada di Seven Eleven. 2-3 jam merupakan waktu yang rata-rata dipergunakan remaja
untuk berada ditempat tersebut. Dengan segala perlengkapan yang disediakan di
Seven Eleven tersebut, mulai dari tempat duduk dan meja yang berjajar rapih,
toilet, AC yang full dan Wi-fi yang koneksinya sangat cepat, secara tidak
langsung mini market atau Seven Eleven tersebut dijadikan andalah para remaja
untuk sekedar menghilangkan penat dengan rutinitas sekolah.
Kegiatan yang hanya sekedar
duduk-duduk manis tersebut rupanya bukan hanya dilakukan saat pulang sekolah
saja, Libur sekolah pun dijadikan waktu yang tepat untuk berkumpul bersama
kelompok bermain. Membuat janji untuk bertemu di mini market tersebut di jam
tertentu dijadikan alat yang tepat untuk menghilangkan penat ketika libur
sekolah. Alasan “daripada di rumah” menjadi faktor kuat remaja berkumpul
dengan kelompok bermainnya di sela-sela libur sekolah. Dari kesekian banyak
remaja yang telah di observasi dan di wawancarai mendalam oleh peneneliti,
ternyata ditemukan fakta menarik, yang jika di tarik garis lurus secara
menyeluruh adalah mengenai jam pulang yang relatif sama. Para remaja memiliki
jam pulang tertentu atau khusus yang memang selalu mereka lakukan, yaitu “sebelum
maghrib sudah dirumah” . Lebih tepatnya para remaja tersebut sudah harus
ada dirumah pukul 17.00 (sebelum adzan maghrib berkumandang). Hal tersebut
mereka patuhi dan mereka lakukan, melihat mereka masih menggunakan seragam dan
dilihat tidak etis jika menggunakan seragam tetapi pulang larut malam. Oleh
sebab itu, banyak para remaja yang merasa senang dan merasa bebas ketika jam
pulang sekolah mereka menjadi lebih cepat, yang menandakan para remaja tersebut
bisa memiliki banyak waktu luang untuk berlama-lama bersama teman sejawatnya.
Jika
di lirik ke belakang yang membahas mengenai apa yang dilakukan para remaja di
Seven Eleven saat itu, ada satu fakta menarik yang peneniliti dapatkan, salah
satunya adalah Seven Eleven dijadikan tempat atau sarana untuk melakukan
diskusi atau rapat untuk pembuatan event di sekolah. Seven Eleven menjadi
tempat yang paling menarik dan menjadi tempat utama dalam pikiran dan hati
ketika ingin mengadakan rapat di luar
kawasan sekolah. Selain rapat bisa dilakukan dengan pola komunikasi non-formal,
rapat juga bisa dilakukan dengan diimbangi asupan atau snack yang bisa menemani
di kala berlangsungnya rapat . Hal tersebut ternyata sangat ampuh untuk
menemukan ide ide baru yang lebih kreatif, disamping itu juga dapat terciptanya
sebuah keterkaitan yang lebih akrab satu sama lain.
Oleh sebab itu, adanya Seven Eleven
bisa menjadikan sebuah tempat yang bermanfaat jika dilakukan untuk hal yang
bermanfaat pula. Seperti yang diketahui, jika apa yang dilakukan positif, maka
hasil yang dicapai pun akan posistif pula. Kemudian, latar belakang siapa
dan bagaimana individu itu di sekolah menjadi faktor penting dalam
penentu apa yang mereka lakukan di Seven Eleven tersebut. Seperti salah satu
contohnya adalah remaja atau siswa yang berasal dari SMA Yadika 3 Ciledug, yang
melakukan diskusi dan rapat di Seven Eleven Ciledug untuk membahas mengenai
event yang sebentar lagi akan dilaksanakan. Ia mengatakan bahwa Seven Eleven
sangat membantu dalam pencapaian diskusi yang baik, Seven Eleven bisa digunakan
untuk me-refresh fikiran dan mencari suasana baru demi terciptanya sebuah ide
untuk event yang akan dijalankan. Sejalan dengan itu pula, maka dapat
dikatakan, Seven Eleven atau mini market lainnya yang ada disekitaran ibu kota
Jakarta akan sangat bermanfaat jika digunakan dalam porsi yang tepat, waktu
yang cukup dan hal yang berguna.
Bukan hanya latar belakang siapa
dan bagaimana dia di sekolah, tetapi latar belakang didikan orang tua
ataupun keluarga juga menjadi faktor utama dalam penentu mereka berada di mini
market. Seperti yang kita ketahui, agen sosialisasi pertama dalam kehidupan
ialah keluarga, Pola asuh kedua orang tua sangat berdampak pada karakter anak
dimasa mendatang. Remaja yang sering ada di mini market tersebut biasanya
adalah remaja yang cenderung memiliki waktu atau kapasitas yang tidak
terkekang. Kepercayaan orang tua terhadap anak menjadi pemicu utama para remaja
bisa berlama-lama di mini market. Bukan hanya anak yang dididik berdasarkan
kebebasan dan rasa percaya, tetapi ada remaja pula yang kurang bebas atau
didikan orang tua lebih disiplin. Hanya saja, remaja tersebut memiliki trik
khusus agar dapat bermain terlebih dahulu setelah sepulang sekolah, dengan embel-embel
janji bahwa sebelum maghrb sudah sampai dirmah.
Cara
berkomunikasi yang digunakan saat berada di Seven Eleven tersebut cenderung
lebih santai dan rileks, melihat bahwa tujuan utama para remaja ada di Seven
Eleven tersebut adalah menghilangkan penat dan mencari suasana baru. Bahasa
yang digunakan juga bahasa yang lugas, santai dan mudah dipahami. Komunikasi
terlihat berjalan lancar dan berpola komunikasi dua arah, dimana ketika para
remaja berkomunikasi mereka saling sambut satu sama lain untuk menghasilkan
sebuah komunikasi yang efektif dan menjadi nyaman untuk berlama-lama di Seven
Eleven tersebut. Dari kesekian observasi yang dilakukan peneliti, para remaja
mengakui bahwa waktu yang dipakai untuk duduk-duduk manis di Seven Eleven tidak
mengganggu pembelajaran yang ada di sekolah, dalam arti, nilai para remaja
tersebut tidak turun dan tetap stabil karena tetap diimbangi dengan manajemen
waktu yang baik.
KESIMPULAN
Dari
fakta – fakta yang peneliti dapatkan dari observasi yang telah dilakukan,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa duduk duduk manis dan menghabiskan waktu di
Sevel Eleven telah menjadi sebuah kebiasaan atau budaya dalam kehidupan remaja.
Bukan hanya sekedar dalam ruang lingkup Seven Eleven saja, tetapi hal tersebut
bisa dilakukan pula ditempat lain yang memiliki konsep sama (seperti Lawson,
Family Mart dll).
Tetapi
dalam menjalankan sebuah kebiasaan tersebut, bukan semata- mata karena tidak
ada factor pendorong, selayaknya orang dewasa yang bisa merasakan penat
terhadap segala rutinitas yang ada, para remaja ini juga bisa merasakan hal
yang sama. Faktor kepenatan dengan rutinitas menjadi factor yang sangat kuat
untuk menjadi pendorong remaja remaja tersebut menghabiskan waktunya dengan
duduk-duduk manis di Seven Eleven. Dengan adanya factor tersebut dan ditambarh
penunjang lainnya yang ada di Seven Eleven tersebut, membuat remaja rela
menghabiskan waktunya selama berjam-jam
untuk memuaskan hasrat dan keinginannya.
Selain
itu, dalam hal seperti ini, ternyata peneliti dapat menyimpulkan bahwa peran
orang tua sangat berpengaruh aktif terhadap pola fikir, dan prilaku anak.
Kepercayaan orang tua menjadi panutan anak dalam bertindak di luar rumah.
Kepercayan orang tua harus diimbangi dengan pengawasan yang baik, sehingga
berdampak pada prilaku dan aktivitas yang membawa dampak positif untuk
berkembangnya kehidupan anak.
Keaktifan
para remaja di sekolah menjadi salah satu alat pula untuk menjadikan remaja
terbebas dari kegiatan yang kurang baik. Jika para remaja pada dasarnya aktif
di sekolah (seperti mengikuti organisasi) tentunya remaja tersebut akan paham
mengenai apa yang harus ia lakukan dan tidak dilakukan.
Komentar
Posting Komentar